Jumat, 05 Juni 2009

Arti Hidup

Aku hidup dalam sebuah misi yang telah dititipkan Tuhan kepadaku
Mencari tahu secara pasti siapa aku dan kemana aku seharusnya melangkah dalam hidup
Untuk kemudian mengenal Sang Pemberi Misi dan memahami secara utuh misi yang diberikan.
Aku yakin dalam pencarian ini banyak jalan yang diberikan kepada aku sebagai pilihan.
Di tengah masyarakat mana aku harusnya berada, dibidang apa aku harus berkarya
Cara apa yang harus aku gunakan, mana yang harus ditauladani dan mana yang harus diluruskan.
Bimbingan yang Dia berikan merupakan pedoman utama.
Pencarian makna dan hikmah dalam setiap lembar sejarah hidup yang aku lalui satu persatu akan terungkap
Saat menjalaninya sebagai rangkaian pedoman utuh yang menggiring ke misi yang telah diberikan-Nya.
Gambaran yang diberikan sejauh lembaran hidup yang sudah terisi membentuk sebuah persepsi.
Namun ketika semakin banyak hal yang dilalui dan semakin banyak hal yang diketahui
Terasa gambaran itu semakin kurang lengkap, merasa bodoh dan merasa kekurangan.
Ketika tidak menemukan tempat untuk bertanya menimbulkan kegalauan dan bimbangan.
Namun Dia sesungguhnya telah memberikannya secara lengkap
Tinggal sejauh mana usaha yang kita lakukan dan sedalam apa segala sesuatunya dilakukan dengan ihklas.
Hidup adalah sebuah misi yang dalam mencapainya perlu memaknai setiap langkah yang ditempuh
Sehingga pencarian ini menyenangkan dan memuaskan jiwa.

Hidup Saat ini

Pergulatan hidup telah membuat banyak orang tertawa dan menangis. Keberhasilan dan kegagalan menjadi perbincangan hampir disetiap waktu kehidupan yang dilalui. Para pesibuk asyik dalam keseharian yang entah dengan jurus apa dan bagaimana segalanya harus berjalan. Teori berjalan dan intuisi bekerja. Tepat dan keliru, gagal, nyaris, tercapai. Siapa peduli karena besok telah menunggu setumpuk lagi untuk dikerjakan. Terima kasih, selamat, hebat, hanya sampai esok saja. Evaluasi, rancang ulang, terapkan dan kembali tenggelam dalam target-target personal maupun komuni. Teori berkembang biak bak tikus sawah.

Sementara pengamat asyik menyimak, mencatat, menganalisa, hipotesa, simulasi, uji coba, yang berakhir dengan selamat dan terimakasih, sampai besok.

Siapa sangka detik yang dilalui telah membuat segalanya semakin tua dan melemah. Akhirnya terkapar dalam ribuan persoalan baru.

Telah terlalu lama berputar dalam lingkaran yang sama. Dan sudah waktunya menyadari kekuatan yang sesungguhnya dari lingakran itu, agar putarannya menjadi makna yang penuh arti. Dan sebelum semuanya berakhir diri sejati telah dalam pelukan. Sebagai salah satu bukti kesempurnaanmu dan Kebesaran-Nya.


Denpasar, 23 April 2008

Lelaki Yang Dipanggil Ayah

Walau dengan sayap patah mencoba menghantar sang putra ke singgasana dunia, agar keluar dari lingkaran kehinaan. Dengan rintihan tertahan menahan beban rasa bersalah akan keterbatasan keadaan yang mengikat kaki dan tangan sang buah hati. Merangkak di pinggiran tipu daya dunia dalam keterpaksaan. Beban itu sungguh berat kiranya untuk dipikul sendirian. Tidak setetespun air mata yang rela bergulir membagi beban.

Ayah......panggilan yang membuat tulang gemetarmu tiba-tiba menguat. Desakan gemuruh dalam dada yang melahirkan kekuatan baru untuk hari ini. Mengais di atas air yang tiada berkejelasan.

Menata topangan demi topangan sang penerus yang mulai resah, walau jiwanya sendiri telah kehilangan sandaran. Berbisik dengan kalimat -kalimat indah yang menguatkan tekad, walau tekadnya sendiri telah goyah. Menghapus setiap butiran kesedihan walau airmatanya sendiri mengalir deras kedalam.

Menata mimpi anak yang beranjak dewasa dalam ketidakpercayaan diri, walau mimpinya sendiri telah porak poranda oleh badai entah dari mana. Bercerita tentang tingginya dunia yang akan ditapaki, walau cerita itu telah usai dijejal.

Tiada sia-sia segalanya...... Tuhan telah berbicara. Sang putra telah duduk di singgasananya. Lalu dimana sang ayah? Duduk menyendiri dalam rasa bangga disudut bayang-bayang yang penuh pertanyaan kedalam. Gembira dan sedih yang berpadu melahirkan dorongan aneh yang mengguncangkan. Keseimbangan yang hilang setelah lama dipeluk erat dalam timbul dan tenggelam.

Ayah......aku pernah bertanya, dengan apakah gerangan bisa ku gendong engkau keluar dari kabut hatimu. Saat aku telah engkau lempar keluar dari selimut kekalahan, engkau sendiri terdiam dalam balutannya yang sesak mencengkeram.

Dan kemudian Tuhan menjawab.....hari ini engkau kembali dalam dirimu yang kokoh, karena berkah buatmu telah dijanjikan. Kemuliaan dunia sampai hari akhir nanti akan membasuh seluruh derita perjalanan yang kini menjadi kenangan. Tinggal satu bebanmu untuk istri yang masih kebingungan dalam badai jiwa kebimbangan.


Denpasar, Mei 2008

Arah Mata Pedang Terbalik

Menghancurkan adalah arah mata pedang yang terbalik
Menekan aura dengan aura
Terjebak dalam fikiran kesalahan
Maka aura harus dilepaskan
Pengakuan harus dibuat
Dialog didalam harus di perbanyak
Menuju kestabilan energi
Penyerahan diri
Keikhlasan yang sejati
Atur ulang arah mata pedang
Maka jurusnya bukan menyerang dan menghancurkan
Tapi meniadakan..

Pesan untuk Nurani

Kata bijak hanya untuk diucapkan
Tindakan benar adalah kebenaran
Namun nyali untuk melakukannya telah langka
Ketakutan dan ketidak berdayaan
Karena musuh yang nyata adalah hati sendiri
Yang berkehendak dan berkeinginan
Yang berprasangka dan penuh dengki
Bangkitkan nyali, musnahkan ketakuan dan ketidakberdayaan melawan diri
Jangan terhormat dan menang dimata orang
Karena kecerdasan dan kepintaran, pangkat atau jabatan
Atau cerita sedihmu yang mengharukan
Yang engkau bumbui untuk merayu kasihan
Atau kealimanmu yang tiada ikhlas hanya gila hormat dimata awam
Atau gelar dan atribut keagamaan yang nabimu tidak pernah ajarkan
Namun sesunggunya tanpa nyali itu
Engkau hanya seorang pesakitan dimata Tuhan
Mawaslah segala yang berasal dari hati
Karena itu bukan hati tapi nafsu
Dan orang yang engkau anggap buruk belum tentu engkau lebih baik darinya
Dan engkau yang menganggap dirimu mulia hanya pencundang semata

Sorong, 2005

Pesan Perpisahan

Sebuah Tulisan dari Saudara dan teman Sejati Kala tinggalkan Sorong nan penuh kenangan....

Muchlis HS, Sorong 2008

Aku tanpa kata dibandara kala itu, melepas kepergianmu. Aku mendahului walau aku terakhir datangnya dari mereka. Tahukah itu? Bahwa tak ada yang kusesali. Aku bersyukur dimana Allah banyak memberi nikmat kepadaku, pada setiap do’a permohonanku selalu terkabul. Tapi....pagi itu tiap deruh diangkasa, hatiku luluh jiwa tak menentu. Aku tau pesawat itu akan membawa saudaraku, sahabatku, keluargaku. Suara di angkasa laksana belati tajam menusuk-nusuk jantungku. Oh tuhan ....hari ini aku kehilangan. Dibandara ada senyum menghiasi wajah. Aku mesti melangkah segera karena kutau senyum itu hiasan berubah derai air mata. Aku melangkah pulang tak terasa air mata meneter, sungguh aku kehilangan. Aku juga tahu begitu banyak saudara kita mengantar kepergian....Namun kutahu juga haru, duka mereka sebatas bandara. Tahukah Engkau bahwa aku sedang menangis kutuliskan ini. Sungguh tak ada yang ku sesali. Jiwa meliputi bangga. Ya Allah telah banyak nikmat yang engkau berikan padaku, pada kami. Janganlah Engkau kurangi nikmadmu. Diakhirat-Mu kelak perjumpakan kami, kumpulkan kami di sorgamu yang Maha luas. Selamat Jalan kuucapkan menuju tugas baru. Sukses menanti disana. Amin. Mukhlis Sekeluarga. Sorong 14 Februari 2008.

Pesan Perpisahan II

Sebuah Tulisan dari Adik yang dibanggakan, saat meninggalkan Sorong penuh kenangan

DOMINGGUS PAULPESSY, Sorong 2008


Setelah hari ini berlalu, ketiga tugas mesti dijadikan panggilan hati yang tidak bisa dibendung dan dihalau, maka mesti saja harus ada yang merasakan hampa tanpa engkau.

Tapi apakah harus ku tahan. Tidak, itu akan menjadi penghalang bagi dia, bagi sahabatku, bagi temanku, bagi abangku, bagi atasanku, selamat jalan Pak, Kakak dan sahabatku Alexander Susilo. Disini akan ku buktikan semua nasehatmu kepadaku.

Perjalanan Cinta I

(Sebuah Lirik Lagu)
Nada Dasar "Am"

Dalam perjalanan cintaku yang biru
Terhalang jurang rindu
Fantasi kasimu membuatku terlena
Hayalan cinta ku bersamamu

Disana Engkau berdiri menanti
Aku berlari menghampiri
Namun Engkau semakin jauh
Tak kuasa aku mengejarmu...

Ternyata hanya bayanganmu.....

Semestapun turut mengangis
Menyimak rintihan kalbuku
Saat beban ini menghimpit..

Namun kukan terus berlari
Mengejar bayangan dirimu
Walaupun sampaiku...mati....

Angin pergantian
membawa langkahku terbang jauh...
Menyusuri mimpi-mimpi
Yang teramat panjang dan terkapar letih....

Biarlah hanya bayangan......

Tilatang Kamang, 1992